INFO GEMPA TERKINI



Imagery ©2010 TerraMetrics - Terms of Use


MARI MEMBANGUN TASIKMALAYA DALAM KERANGKA PROFESIONALISME DAN PEMBERDAYAAN

Sabtu, 29 Mei 2010

KESEHATAN JIWA BERPERAN PENTING DALAM PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MILLENIUM

Menurut Menkes, penelitian yang dilakukan di beberapa tempat di Jawa Barat menunjukkan, ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas 36% diantaranya menunjukkan gejala mental emosional, dengan keadaan seperti itu patut diduga bahwa ibu tidak merawat kehamilanya dengan baik.
Akibatnya, ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan terencana sehingga dapat meningkatkan kematian anak.
Karena itu, konseling kesehatan jiwa yang terintegrasi dalam kegiatan pelayanan kebidanan akan memberi pengetahuan dan motivasi untuk memelihara kehamilan dengan penuh tanggung jawab sehingga dengan sendirinya akan mengurangi angka kematian anak dan ibu.
Selanjutnya dikatakan, kondisi kejiwaan seorang ibu sangat mempengaruhi dalam menjalankan perannya sebagai seorang wanita yaitu melahirkan, menyusui dan mengasuh anak, beberapa kasus di masyarakat menunjukkan pentingnya pemahaman kesehatan jiwa untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan akibat lemahnya kondisi kejiwaan seorang ibu.
Menkes menegaskan, kesehatan jiwa juga sangat penting dalam memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Sebagai contoh penggunaan NAPZA suntik meningkat dari 22,2% pada tahun 2001 menjadi 46,9% pada tahun 2002 dan meningkat lagi menjadi 61,8 % pada tahun 2003.
Penularan HIV/AIDS meningkat melalui jarum suntik dari 0,65% pada tahun 1995 menjadi berkisar 33,01% pada tahun 2004.
Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA melalui Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Direktorat Pencegahan dan Penaggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular dalam pemberantasan penyakit menular dan tidak menular.
Menkes menegaskan seruan memperkuat kerjasana global dan solidaritas untuk meraih MDGs sudah selayaknya secara nasional ditangkap untuk mewujudkan MDGs di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mengarahkan pembangunan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan dengan penekanan untuk hidup sehat melalui pencegahan penyakit menular maupun tidak menular, hal itu dilakukan dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini, ujar Menkes.
Seminar dibuka Plt Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI, DR. dr. Sutoto, Mkes, diikuti sekitar 200 orang dari Kementerian Kesehatan, RS Vertikal dan Umum, dan lintas sektor seperti Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia, RS Jiwa seluruh Indonesia, dan Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia.
Dalam seminar menghadirkan 7 pembicara yaitu : Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek, Sp.M(K), Duta MDGs dengan topik : Overview pelaksanaan dan pencapaian target pembangunan Millenium 2000-2009, dr. Ratna Rosita, MPHM, Sekretaris Jenderal, Kemkes RI dengan topik : Upaya percepatan pencapaian target pembangunan Millenium, dr. Budiharja, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemkes RI dengan topik : Peranan kesehatan dalam pencapaian target pembangunan Millenium, tantangan dan hambatan, Prof. Harry Minas, University of Melbourne dengan topik : Peran kesehatan jiwa dalam pencapaian target pembangunan Millenium, Linda Amalia Sari, S.IP, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan topik : Menjawab isu gender, pendekatan kesehatan jiwa, Dr. Nafsiah Ben Mboi, Komisi Penanggulangan AIDS dengan topik : Peran kesehatan jiwa dalam memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, Prof. Ascobat Gani, MPH, Dr.PH, FKM-UI dengan topik Kesehatan jiwa dan kemiskinan : Tinjauan kesehatan jiwa dari aspek ekonomi.
DR. dr. Sutoto dalam sambutannya menyatakan Sidang Komite Pembangunan (Development Committee) Bank Dunia menilai kinerja Indonesia dalam upaya pencapaian target Pembangunan Milenium (MDGs) sudah baik. Namun masih ada beberapa saran perbaikan mendesak di sejumlah hal, untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang yaitu dengan mengkaji ulang langkah strategis yang telah dilakukan.
Menurut dr. Sutoto, dampak gangguan jiwa pada masyarakat sangat besar dan luas, karena kehilangan waktu produktif serta memerlukan biaya pengobatan dan perawatan. Beban akibat gangguan yang bersifat kronik dan ketidakmampuan yang diakibatkan penyakit dihitung melalui metode Global Burden of Disease dengan indikator DALY (Disability Adjusted Life Years) atau hilangnya waktu produktif. Pada tahun 2000 angka DALY 12,3% dan diproyeksikan meningkat menjadi 15% pada tahun 2020.

Jumat, 21 Mei 2010

RAPAT EVALUASI DAN KOORDINASI PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI 2010

Pada hari Rabu tanggal 19 Mei 2010, bertempat di Gedung Koperasi Kesehatan Tasikmalaya, Seksi Kesehatan Khusus Dinkes kab. Tasikmalaya menggelar Rapat Evaluasi dan Koordinasi Pelaksanaan Pemeriksaan Haji Tahun 2009 dan Tahun 2010. Pada Kesempatan tersebut dihadirkan para Dokter dan Perawat Pemeriksa se-Kabupaten Tasikmalaya. Acara di mulai dengan pembukaan dan pengarahan dari Bapak Kepala Dinas kesehatan Kab. Tasikmalaya yang diwakili oleh Bapak Sekdin Kesehatan kab. Tasikmalaya (dr.H.Tanto Rahmanto, M.Kes). Hadir juga perwakilan dari Bidang P2P dalam hal ini Kepala Seksi Pengamatan dan pencegahan Penyakit (Bp.H.Nana Supriatna,M.Kes). Acara berlangsung cukup baik. Para pembicara/pemateri dan peserta sangat aktif dalam diskusi dan memberikan tanggapan serta saran untuk perbaikan pelayanan pemeriksaan haji tahun 2010.
 

Untuk evaluasi kegiatan haji tahun 2009, bertindak sebagai pemateri adalah Bp.dr.H.A Ahmad Nurdin. Dokter yang juga Kepala Puskesmas Salawu ini, pada tahun 2009 bertugas sebagai Tim Pemeriksa Kesehatan Calhaj Tahap I dan II, juga berkesempatan sebagai TKHI pada tahun yang sama. Pengalaman nya menambah lengkap penjelasan tentang evaluasi pemeriksaan Calhaj dan harapannya terhadap pemeriksaan haji tahun 2010 dan pelayanan bagi calon TKHI 2010.

Bp. Subagia,S.Sos,MM.Kes, menjelaskan mengenai Permenkes Tahun 2008 tentang Pemeriksaan calhaj, yang baru mulai diberlakukan pada tahun ini. Dari penjelasannya terungkap beberapa perubahan tentang pelayanan pemeriksaan haji untuk tahun 2010 yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Acara ditutup dengan penjelasan mengenai Prosedur Rekruitmen TKHI/PPIH di Jawa Barat, dan penjelasan tentang pelaksanaan Pelatihan Pemeriksaan haji yang dilaksanakan oleh Pusat Pelatihan Tenaga Kesehatan Pusat Ciloto yang diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari dokter-dokter dan perawat pemeriksa dari 30 kecamatan se-Kabupaten Tasikmalaya. Yang akan berlangsung di Kota Cirebon dari tanggal 31 Mei 2010 hingga tanggal 3 Juni 2010. Insya Allah. Amin

Minggu, 02 Mei 2010

GALUNGGUNG DALAM THE MEMORY OF GALUNGGUNG ‘82’

Kami (Tim Kesus, Tim Medis Puskesmas Sukaratu, Tim Puskesmas Padakembang, Bp. Ayi Sanusi, Bp Afids, Bp Tedi Cahyadi, Bp Asep, dan Bp Rahmat Karsana) memenuhi tugas dalam rangka mensukseskan kegiatan “The Memory Of Galunggung ‘82”, yang diselenggarakan di Cipanas atau di Kawasan Gunung Galunggung, Kab. Tasikmalaya.
Alhamdulillah, kegiatan tersebut berlangsung dengan sukses, artinya bagi kami tim kesehatan, tidak adanya peserta yang sakit atau kecelakaan baik ringan maupun berat.
Dalam acara tersebut dilaksanakan berbagai kegiatan kreatif seperti: Pameran, jalan santai, parade Sepeda Onthel dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari negeri tetangga, live music, paralayang, dan tentu kegiatan menapaki puncak Galunggung melalui anak tangga yang berjumlah sekitar 620 hingga puncak.

Tentang ‘SEPEDA ONTHEL’
Sepeda pertamakali dibuat dinegara Prancis pada tahun 1791. Ada yang mengatakan bermula di Inggris tahun 1970. Pada tahun 1817 Baron Von Drais de Sauerbrun membuat sepeda kayu tanpa pedal yang pertama. Tahun 1839, sepeda pertama yang menggunakan pedal dibuat. Sepeda masuk ke Indonesia sekitar abad ke-20 atau sekitar tahun 1910 .Sepeda yang datang tersebut dibawah lansung oleh sang penjajah.
Pada kegiatan tersebut juga dimeriahkan oleh kehadiran para pemilik sepeda lawas yaitu Sepeda Onthel. Onthel artinya di kayuh yang merupakan jenis sepeda lawas yang masih bertahan dan tetap digunakan dalam kegiatan tertentu melalui aktivitas organisasi sepeda lawas ini. Yang hadir jumlah cukup banyak, sekitar 100-200 an sepeda.

Dari sekian merek sepeda onthel yang pernah beredar di Indonesia hanya ada 3 merek yang masih bertahan sampai sekarang, yaitu: Gazelle, Batavus, dan Releigh. Gazelle dan Batavus merupakan merek Belanda yang masih diproduksi hingga sekarang. Pemakai sepeda Onthel memakai topi kas yang disebut topi demang yang biasanya dipakai oleh pegawai kantor pemerintah waktu jaman penjajahan Belanda.
Sumber: Tim Kesus kab. Tasikmalaya, dan informasi dari berbagai sumber.